23 Juli 2007

WASPADAI KEAMANAN JAJANAN ANAK

Minggu ini, anak-anak mulai sekolah kembali, Ibu-ibu yang waspada mulai resah dengan keamanan jajanan anak-anak. Tapi tidak sedikit masyarakat yang memiliki kewaspadaan yang rendah atas kualitas jajanan anak terutama di sekolah. Ini mengakibatkan, anak-anak terancam mengidap penyakit mulai yang ringan sampai berbahaya. Karena itu Ragam Perempuan Sabtu 21 Juli 2007 di Radio Suara Surabaya, mengangkat topik ‘Waspadai keamanan jajanan anak kita’


Menurut Rizal Syarief - kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB), jajanan anak sekolah tidak selamanya bersih. Sering kali terkontaminasi oleh bakteri dan asap kendaraan bermotor. Tidak sedikit juga pedagang menggunakan bahan kimia berbahaya dan anak-anak umumnya tidak mengetahui kandungan jajanan tersebut, sementara Ibu atau orang tua juga kurang perhatian.

Kemasan dan warna-warni yang menarik, membuat orang tua kadang angkat tangan karena kue atau makanan bekal dari rumah, sering kali tidak terjamah oleh anak-anak.
kalah menarik dengan kue yang dijual para pedagang.

MAYA – Konselor Gizi dari Rumah Gizi Natural Green mengatakan, dalam jajanan anak sering kali ditemukan bakteri atau bahan kimia yang dilarang. Misalnya saja bahan pengawet, pewarna, atau perasa, yang dilarang. Dalam dosis kecil, bahan-bahan kimia ini bisa ditolerir oleh tubuh kita, tapi karena kebanyakan makanan yang dikonsumsi mengandung bahan kimia tersebut, maka didalam tubuh kita akan semakin banyak kandungan bahan kimia yang dilarang.

Konsumsi makanan atau jajanan yang mengandung bahan kimia ini tidak hanya berdampak pada kesehatan tubuh saja, tapi bisa berdampak pada kesehatan jiwa anak. Maya menyebutkan dari hasil penelitian, 97 % anak yang mengkonsumsi bahan kimia berbahaya dalam makanan, akan mengalami batuk, dehidrasi, gatal, panas, sampai radang tenggorokan dan gangguan pencernakan.

Dalam tahapan berikutnya, agresifitas anak akan meningkat. Mereka mudah marah dan bertingkah. Gejala pada fisik ini munculnya lebih cepat dibanding gejala yang menyerang pada psikologis anak, hanya 10 menit setelah anak mengkonsumsi jajanan yang mengadung bahan kimia berbahaya.

Dalam diskusi Ragam Perempuan sabtu 21 Juli lalu, Radio Suara Surabaya juga menghadirkan Ibu Balqis Nurmajemun, seorang Ibu Rumah Tangga, sekaligus wanita karier yang memiliki banyak aktifitas di luar rumah. Peremppuan yang aktif di LSM dan organisasi sosial diantaranya USAID ini mengatakan, mengkomunikasikan soal keamanan jajanan anak kita sangat penting dilakukan.

Kebetulan dua putranya, sejak dini sudah dilatih untuk waspada pada semua makanan yang akan di konsumsi. Karena faktor keturunan, putranya mengalami alergi seperti yang diderita Ibu Balqis dan suami. Sebagai Ibu rumah tangga, Bagqis selalu berkonsultasi dengan dokter, tentang makanan yang harus dihindari dan diwaspadai.

Putranya yang berusia 5 setengah tahun ini, tidak pernah diberi uang saku, Balqis-pun rajin membuatkan bekal dari rumah yang dijamin keamanannya. Dari kecil si putra juga dilatih mengerti dan sadar memilih makanan, sehingga bisa mengontrol keinginan jajan sikecil meskipun diluar sana banyak anak yang jajan. Kesadaran akan kesehatan makanan tidak hanya dimunculkan dari anak dan orang tua, tapi pada setiap anggota keluarga, termasuk pembantu yang menolong pekerjaan kita setiap hari.

Bahan bahaya yang sering ditambahkan ke dalam makanan antara lain, pewarna merah rhodamin B, boraks, atau asam borat (boric acid) dan senyawanya, serta formalin. Rhodamin B adalah pewarna merah terang yang diproduksi untuk industri tekstil. Rhodamin B bersifat racun dan bisa menyebabkan kanker. Kelebihan dosis makanan ini bisa menyebabkan keracunan. Berbahaya jika tertelan, terhirup, ataupun terserap melalui kulit. Gejala keracunan meliputi iritasi pada paru-paru, mata, tenggorokan, hidung dan usus. Zat warna ini bukan hanya disalahgunakan pada makanan, tetapi juga bahan baku kosmetik.

Sedangkan boraks biasanya digunakan pada deterjen. Sifatnya sangat beracun, sehingga sama sekali tidak boleh dipakai untuk campuran makanan. Asam borat yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, penyakit kulit, kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut, hingga kematian.

Sedangkan formalin bisa menyebabkan kanker (karsinogen) dan menimbulkna rasa terbakar pada tenggorokan serta perut jika terminum.

Meski dampaknya sangat bahaya. pemakaian Rhodamin B, Amaranth, Methanyl Yellow, formalin, atau borax masih seirng dipakai di kalangan pedagang. selama ini Balai POM tidak bisa menjangkau penggunaan bahan kimia di makanan, karena pengawasan tidak sampai pada proses produksi. Karena itu Ir PAIDI PRAWIROREJO – Direktur Lembaga Perlindungan Konsumen Surabaya mengatakan, perlu ada Perda yang mengatur soal keamanan jajanan di sekolah dan makanan ringan yang diproduksi Industri kecil atau Indusri Rumah tangga.

Dalam diskusi selama 1 jam ini, beberapa pendengar Ragam Perempuan sepakat akan pentingnya kewaspadaan soal keamanan jajanan anak-anak kita. Apalagi terhadap jajanan tanpa merk. Membuat kantin sehat di sekolah adalah satu diantara alternatif solusi.

Sementara itu, penting juga dilakukan pembinaan pad apedagang makanan di sekolah-sekolah, lewat jejaring instansi terkait, seperti sekolah, Badan POM, dan Depdag. Sosialisasi dan kepedulian ini butuh kepedulian semua pihak dan kebersamaan, demikian kata Balqis.

Seperti yang disampaikan Helmi, satu diantara penelpon diskusi Ragam Perempuan. gerakan bersama perlu dilakukan untuk memberantas pemakaian bahan-bahan berbahaya pada makanan anak-anak. Helmi yang kini mengidap kanker kandung kemih mengatakan, sangat prihatin dan ingin makanan yang menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dibasmi, keinginann ini begitu kuat, apalagi dokter memvonis penyakitnya ini dipicu karena makanan-makanan tidak sehat, diantaranya bahan kimia yang terkandung dalam fast food yang selama 20 tahun dikonsumsinya.

Jadi Ibu, sebelum semua terlambat mari lihat kembali.. apa saja yang biasa dikonsumsi anak-anak kita. Produk yang berdedar disekitar kita belum tentu aman.
Kembali ke bahan alami, bisa menjadi satu diantara alternatif untuk memperkecil resiko terkontaminasi bahan-bahan bahaya yang ada dalam makanan kita, terutama bagi anak-anak kita yang perjalanan hidupnya masih panjang..








Phobia Sekolah

Tahun Ajaran baru 2007 – 2008, akan segera dimulai. Segala perlengkapan untuk putra-putri sudah dilakukan. Mulai dari sepatu baru, seragam baru dan alat-alat sekolah baru sudah disiapkan Ibu, tapi bagaimana kalau ternyata anak kita tiba-tiba mogok tidak mau sekolah, parahnya lagi mereka takut sekolah yang dalam istilah psikologi-nya disebut Phobia Sekolah.


Dalam Ragam Perempuan edisi 14 Juli 2007, Suara Surabaya menghadirkan Miftakhul Jannah Spi, Msi Spikolog dari Lembaga Pengembangan Insight. Mifta mengatakan, Phobia Sekolah bisa disebut juga gangguan kejiwaan. Dari segi tingkatan, mulai dari tingkat ringan, sedang akut sampai kronis.


Phobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau hilang kalau berhadapan dengan situasi dia harus ke sekolah. Phobia sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak sampai usianya 15 tahun.

Semua tingkatan gangguan Psikologis ini bisa disebuhkan, asalkan ditangani dengan benar.

Para ahli menunjukkan tingkatan school refusal mulai dari yang ringan yaitu :
1. Initial scholl refusal behavior

Sikap menolak sekolah yang berlangsung dalam waktu singkat (seketika/tiba-tiba) dan akan hilang dengan sendirinya.

2. Substansial scholl refusal behavior

Sikap penolakan yang berlangsung selama minimal 2 minggu

3. Acute scholl refusal behavior

Sikap penolakan yang berlangsung selama 2 minggu sampai 1 tahun dan selama ini anak mengalami masalah setiap kali akan berangkat sekolah

4. Chronic school refusal behavior .

Sikap penolakan yang berlangsung lebih dari setahun, bahkan selama anak tersebut ditempat itu.

Penyebab Phobia

Phobia sekolah, atau takut pada sekolah dipicu oleh rasa ketidaknyamanan pada sekolah, mereka merasa sekolah menjadi aktifitas yang tidak menyenangkan, punya pengalaman buruk misalnya dicemooh, diolok-olok dan lainnya. Penyebab phobia bisa jadi karena ada problem yang dialamai orangtuanya. Misalnya anak sering mendengar dan melihat orangtuanya bertengkat, sehingga timbul tekanan emosi yang mengakibatkan konsentrasi belajar mereka terganggu.

Gejala awal yang muncul, menolak untuk sekolah, menangis, mulai beralasan sakit kepala, sakit perut dan lainya, Pada tingkatan terparah anak yang mengalami phobia sekolah benar-benar sakit bahkan langsung pingsan kalau diminta pergi ke sekolah.

Penanganan

Ibu sebagai orang yang paling dekat dengan anak, bisa membantu anak sembuh dari gangguan Phobia Sekolah ini, caranya :

  1. Temukan penyebab kenapa anak takut ke sekolah., sempatkan waktu berdiskusi pada anak untuk menemukan penyebab ketakutan pada sekolah
  2. Tetap menekankan pentingnya bersekolah , the best theraphy for school phobia is to be in school everyday
  3. Konsultasikan masalah kesehatan anak ini pada dokter atau psikologi jika masalah terjadi berlarut-larut
  4. Bekerjasama dengan guru
  5. Lepaskan anak secara bertahap dan jangan lupa, berikan penghargaan pada anak bila mereka mulai berubah. Penghargaan ini bisa dari kata-kata pujian sampai dengan memberi hadiah-hadiah kecil